Desa Banaranwetan lahir sejak jaman penjajahan Belanda, dimana nama tersebut diambil dari nilai sejarah. Konon tempatnya saat itu berupa suatu hamparan yang luas, datar dan terang (dalam istilah Jawa disebut “banar“). Setelah menjadi tempat hunian maka diberi nama Desa Banaran. Dalam perkembangannya, karena wilayah desa yang sangat luas dan pertumbuhan penduduk yang semakin banyak, akhirnya wilayah tersebut dipecah menjadi dua desa yakni Desa Banarankulon dan Desa Banaranwetan.
Banaranwetan sendiri pada masa itu terdiri atas tiga pedukuhan, yaitu : Dusun Banaranwetan, Dusun Alastuwo dan Dusun Jatikampir. Adapun menurut sejarahnya setiap dusun tersebut memiliki cerita sejarah sendiri-sendiri. Karena perkembangan jaman dan jumlah penduduk yang terus meningkat maka pada tanggal 15 Juli 2009 diputuskan pemekaran wilayah yaitu Dusun Banaranwetan dipecah menjadi dua menjadi Dusun Banaranwetan dan Dusun Dukuh. Masing-masing dusun dipilih seorang Kamituwo selaku pemimpin wilayah. Maka saat ini secara resmi Desa Banaranwetan terdiri dari 4 dusun yaitu :
Secara singkat latar belakang atau sejarah masing-masing dusun adalah sebagai berikut :
Dusun Banaranwetan
Sejarah Dusun Banaranwetan sebagai mana tertera di atas dan di dusun ini telah terbentuk pusat pemerintahan sejak jaman penjajahan Belanda hingga saat ini.
Dusun Alastuwo
Konon para orang tua menceritakan bahwa di area tersebut dulunya berupa hutan dengan pohon-pohon jati yang sangat besar dan umurnya sudah sangat tua. Karena ada sugesti hutannya angker (wingit) atau dipercaya orang-orang dahulu sangat gawat, maka pohon jatinya tetap hidup walau umurnya sudah sangat tua. Seiring perkembangan jaman setelah menjadi hunian, maka orang setempat memberi nama Alastuwo karena dulunya berupa hutan (alas) dengan tumbuhan pohon jati yang umurnya sudah tua (tuwo).
Dusun Jatikampir
Pada jaman nenek moyang sampai sekarang masih terdengar cerita bahwa nama Jatikampir mulanya diambil dari sejarah di dusun itu bahwa konon ada suatu tempat (belik) atau sendang kecil di bawah pohon jati yang sangat besar dan ceritanya setiap pulang dari hutan untuk mencari kayu atau daun, tempat itu selalu menjadi tempat singgah (mampir) orang untuk minum dan sekedar melepas lelah, maka setelah banyak penghuninya tempat tersebut diberi nama Jatikampir (asal mula dari kata jati tempat orang mampir).
Dusun Dukuh
Sejarah Dusun Dukuh tidak ada sumber cerita yang mengarah kaitannya dengan nama ataupun tempat yang melatar belakangi sehingga lahir nama Dusun Dukuh. Namun bermula karena wilayah Dusun Banaranwetan yang terlalu luas akhirnya terbentuk Dusun Dukuh. Walaupun sebutannya ada dua dusun tetapi Kepala Dusun (Kamituwo) masih menjadi satu dengan Dusun Banaranwetan. Hal tersebut sudah berlangsung sejak masa pemerintahan Kepala Desa Bapak Citro (1953 – 1977) bahwa wilayah tersebut sudah dinamai Dusun Dukuh.
Dengan adanya perkembangan di masa pemerintahan Kepala Desa Bapak Laji (2007 – 2013), pada tanggal 15 Juli 2009 diadakan musyawarah desa dan diputuskan adanya pemekaran wilayah yaitu Dusun Dukuh berdiri sendiri dan dikepalai oleh Kepala Dusun (Kamituwo) sendiri.
Kepala Desa yang pernah memimpin Desa Banaranwetan hingga saat ini adalah sebagai berikut :
Susunan Kepala Desa Banaranwetan hingga saat ini :
|
No |
Nama |
Masa Jabatan |
Keterangan |
|
1. |
Citro |
1953 – 1977 |
|
|
2. |
Mijan/Salamun |
1977 – 1983 |
|
|
3. |
Salamun |
1983 - 1991 |
|
|
4. |
Suradi |
1991 – 1999 |
|
|
5. |
Suradi |
1999 – 2007 |
|
|
6. |
Laji |
2007 – 2013 |
|
|
7. |
Suraji |
2013 – 2019 |
|
|
8. |
Suraji |
2019 - Sekarang |
|
Demikian asal usul Pemerintahan Desa Banaranwetan.